Faktor masyarakat cenderung menggunakan Metode KB alamiah
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, sudah banyak orang yang memikirkan kembali tentang Keluarga Berencana. Program tampak sedikit dilupakan dekade terakhir ini. Bila dilihat dari angka jumlah penduduk di Indonesia yg berkisar 240 juta jiwa pada tahun 2008, program ini dapat dikatakan tidak cukup berhasil. Jika seandainya berhasil, sudah seharusnya angka penduduk Indonesia tidak berlipat ganda dalam kurun waktu satu generasi. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia saat itu 120 juta jiwa. Dalam kurang lebih 30 tahun, penduduk Indonesia bertambah 70% (sensus 2000, jumlah penduduk Indonesia 206 juta jiwa). Sedangkan program KB sudah dikenal sejak tahun 1970. Dari mulai tahun 2000 sampai sekarang angka penduduk Indonesia bertambah hampir 40 juta jiwa. Hal ini dapat dikatakan hampir 30% dari angka di tahun 1971. Dari hal ini dapat dilihat bahwa trend KB merosot dalam decade ini (Xixi, 2009).
KB pada hakikatnya merupakan program yang turut berperan penting dalam menciptakan generasi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa lain. Bila setiap keluarga di Indonesia merencanakan kelahiran anak secara bertanggungjawab maka kita akan memiliki generasi masa depan yang berkualitas dan siap pakai. Kenyataan membeludaknya TKI, pengangguran, tingginya angka kemiskinan, adanya anak jalanan, selain disebabkan oleh masalah sosial seperti kurangnya persediaan lapangan pekerjaan, rendahnya pendidikan, keterampilan dan keahlian, juga di balik itu memperlihatkan salah satu indikasi belum berhasil sepenuhnya penerapan program KB di Indonesia.
Beberapa pasangan suami-istri mengalami kesulitan dalam memilih metode KB. Ada ibu yang kegemukan mengikuti suatu metode KB, ada juga yang alergi dan sebagainya. Tentu itu bukan tujuan dari program KB, hanya efek samping tapi kadang-kadang turut mengusik kebahagiaan rumah tangga. Beberapa di antara mereka memperhitungkan masa subur, dimana masa subur sangat besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan bagi yang ingin menunda kehamilan. Bagi yang menginginkan kehamilan, masa subur bisa dijadikan patokan untuk melakukan hubungan seksual karena saat ini ovulasi sedang terjadi sehingga kemungkinan hamil sangat besar. Sedangkan bagi yang mau menunda kehamilan, masa subur merupakan masa yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Masa subur erat kaitannya dengan metode KB sederhana tanpa alat. Pengguna metode KB Sederhana tanpa alat di masyarakat jumlahnya cukup bervariasi. Terdapat beberapa faktor pendorong masyarakat menggunakan atau tidak metode KB tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.2.1 Faktor-faktor apa saja yang mendorong minat ibu menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat?
1.2.2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat ibu untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat?
1.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara pada 40 orang ibu dengan usia yang berbeda di Desa ”X”, daftar pertanyaan terlampir.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Faktor yang Mempengaruhi Minat Seseorang
Penelitian yang dilakukan oleh Sindhung (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi diantaranya adalah pengetahuan, informasi, umur, sosial ekonomi serta dukungan tokoh masyarakat / keluarga. Hal ini sesuai dengan teori Green (1980) bahwa perilaku kesehatan termasuk didalamnya pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposing (pengetahuan, sikap, pendidikan, ekonomi keluarga), faktor-faktor pendukung (ketersediaan alat kesehatan, sumber informasi) serta faktor pendorong (dukungan keluarga/tokoh masyarakat) (Atiek Prihatmiati K, 2003).
2.2 Masa Subur
Masa subur adalah masa di mana persetubuhan akan menghasilkan keturunan. Sedangkan persetubuhan yang terjadi pada masa kering tidak dapat menghasilkan pembuahan (keturunan). Masa subur berlangsung sekitar tiga hari setelah masa haid ditandai dengan rasa basah (lengket seperti putih telur) pada alat vital wanita. Masa subur berlangsung antara 8 sampai 12 hari, disusul masa kering yang berlangsung sekitar 13 hari. Masa kering berakhir dengan datangnya kembali masa haid.
Panjang-pendeknya masa-masa subur tersebut berbeda-beda pada setiap wanita, karena itu perlu pengamatan serta pencatatan yang tekun dan teliti oleh akseptor. Juga harus dapat dibedakan antara lendir kesuburan pada masa basah dan lendir karena rangsangan seksual atau karena adanya jamur. Bagi akseptor yang ingin menunda atau menjarangkan kehamilan maka hubungan intim dilakukan pada masa kering, sedangkan pada masa basah dapat memilih metode alternatif . (Simamora, 2009)
2.3 Metode KB Sederhana Tanpa Alat
2.3.1 KB alamiah
Metode alamiah sering juga disebut dengan metode pantang berkala, yaitu tidak melakukan senggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi.
1. Cara kerja :
Untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif, pasangan perlu memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus mengamati tanda-tanda fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal masa subur dan tidak melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak menginginkan kehamilan.
2. Efektivitas :
Bila digunakan secara sempurna efektivitas metode KBA dapat mencapai 65%.
3. Manfaat :
• Dapat digunakan baik untuk menghindari atau untuk menginginkan kehamilan
• Tidak ada efek samping
• Meningkatkan pengetahuan mengenai fungsi reproduksi wanita
• Menumbuhkan kepercayaan diri tidak tergantung kepada kontrasepsi
• Meningkatkan keterlibatan pihak pria
• Tidak tergantung dengan tenaga medis
• Ekonomis
4. Indikasi :
Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk :
• Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
• Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
• Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
• Tidak keberatan jika terjadi kehamilan
5. Macam KB Alamiah :
1) Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Metode ini ditemukan oleh Ogino dari Jepang dan Knaus dari Austria, dimana Ogino menyatakan bahwa ovulasi terjadi pada antara hari ke 12-16 sebelum haid yang akan datang, sedangkan Knaus berpendapat bahwa ovulasi selalu terjadi pada hari 15 sebelum haid yang akan datang. Untuk menggunakan metode ini, seorang wanita hendaknya menentukan masa ovulasi dari data haid selama 6 bulan.
• Teknik metode kalender :
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
a. Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menetukan awal dari masa subunya.
b. Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir dari masa suburnya.
2) Metode Suhu Basal
• Cara kerja :
Hormone progesterone yang disekresi oleh korpus luteum setelah ovulasi, bersifat termogenik atau memproduksi panas. Karena itu dapat menaikkan suhu tubuh 0,050C sampai 0,20C dan mempertahankan pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya. Peningkatan suhu tubuh sebagai peningkatan termal dan ini merupakan dasar dari metode suhu tubuh dasar ( STB) (Saifuddin.dkk,1996).
• Petunjuk penggunaan Metode Suhu Tubuh Bassal
Pantang dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat diterapkan aturan peningkatan termal. Untuk menerapkan aturan peningkatan termal, harus diambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur dan mencatat pada lembar catatan.
b. Identifikasi suhu tertinggi dari suhu normal, catat dengan pola khusus selama 10 hari, dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal akibat dari demam atau ganggguan lain.
c. Tarik sebuah garis 0,050C di atas suhu tertinggi dari 10 suhu tersebut diatas. Garis ini disebut garis penutup atau garis suhu
d. Tunggu selama tiga hari dari suhu yang lenbih tinggi untuk memulai senggama. Fase tidak subur dimulai pada malam ketiga dari 3 hari berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu.
e. Bila salah satu dari ketiga suhu turun atau dibawah garis suhu selama tiga hari perhitungan, ini pertanda bahwa ovulasi belum terjadi. Jadi klien harus menunggu selama tiga hari berturut-turut
f. Setelah fase tidak subur dimulai, tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh sampai siklus haid berikutnya.
g. Untuk memperoleh perlindungan yang lebih baik, dianjurkan penggunaan STB dikombinasikan dengan metode lain seperti metode lendir serviks.
3) Metode Lendir Serviks (Billings)
Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan estrogen. Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesterone ikut berperan dalam reproduksi. Pada setiap siklus haid diproduksi 2 macam lendir serviks oleh sel serviks, yaitu :
a. Lendir tipe E (Estrogenik):
a) Diproduksi pada fase akhir pra ovulasi dan fase ovulasi
b) Sifat-sifat:
- banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah
- spinkerbeit (elastisitas) besar
- bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis
c) Spermatozoa dapat menembus lendir ini
b. Lendir tipe H(Gestagenik)
a) Diproduksi pada fase awal praovulasi dan setelah ovulasi
b) Sifat –sifat:
- kental
- viskositas tinggi
- keruh
c) Dibuat karena peninggian kadar estrogen
d) Spermatozoa tidak dapat membus lendir ini
Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30):
a. Fase I
- haid
- hari1-5
- lendir dapat ada atau tidak, dan tertutup oleh darah haid
- perasaan wanita : basah dan licin (lubrikatif)
b. Fase II
- post haid
- hari 6-10
- tidak hanya lendir / hanya sedikit
- perasaan wanita kering
c. Fase III
- awal pra ovulasi
- hari 11- 13
- lendir keruh, kuning atau putih dan liat
- perasaan wanita : liat dan atau lembab
d. Fase IV
- segera sebelum pada saat dan sesudah ovulasi
- hari 14-17
- lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan
- dengan konsistensi seperti putih telur
- hari terakhir fase ini dikenal sebagai gejala puncak
- perasaan wanita :lubrikatif dan atau basah
e. Fase V
- post ovulasi
- hari 18-21
- lendir sedikit, keruh dan liat
- perasaan wanita liat dan atau lembab
f. Fase VI
- akhir post ovulasi atau segera pra haid
- hari 27-30
- lendir jernih dan seperti air
- perasaan wanita : liat dan atau lembab-basah
• Teknik Metode Lendir Serviks
Abstain dimulai dari hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari keempat setelah gejala puncak.
• Penyulit-penyulit lendir serviks :
a. keadaan fisiologis : sekresi vagina karena ada rangsangan seksual.
b. keadaan patologis : infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit, pemakaian obat.
c. keadaan psikologis : sters baik fisik maupun emosional
2.3.2 Coitus Interuptus
Metode Withdrawal adalah metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.
1. Keuntungan :
• tidak memerlukan alat /murah
• tidak menggunakan zat-zat kimiawi
• selalu tersedia setiap saat
• tidak mempunyai efek samping
2. Kerugian :
• angka kegagalan cukup tinggi
o 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun
o factor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan adalah :
- adanya cairan pra ejakulasi, yang dapat keluar setiap saat, dan setiap tetes sudah mengandung berjuta-juta spermatozoa
- kurangnya kontrol dari pria, yang pada metode ini justru penting.
• kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan.
3. Kontra indikasi :
• Ejakulasi premature pada pria
4. Hal-hal penting yang perlu diketahui oleh akseptor:
• sebelum senggama cairan pra ejakulasi pada ujung penis harus dibersihkan terlebih dahulu
• bila pria merasa akan berejakulasi, ia harus mengeluarkan penisnya dari dalam vagina dan selanjutnya ejakulasi dilakukan jauh dari orifisium vagina.
• coitus interuptus (CI) bukan metode yang baik untuk pasangan yang menginginkan senggama berulang, karena semen yang masih dapat tertinggal di dalam cairan bening dan ujung penis.
• CI bukan metode kontrasepsi yang baik bila suami tidak mengetahui kapan ia akan berejakulasi.
BAB III
PEMBAHASAN
KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera lahir dan bathin. Melalui program KB diharapkan lahir manusia Indonesia yang berkualitas prima, yaitu manusia Indonesia yang memiliki kualitas diri antara lain beriman, cerdas, trampil, kreatif, mandiri, menguasai iptek, memiliki daya juang, bekerja keras, serta berorientasi ke depan. Karena itu KB seharusnya bukan hanya menjadi program pemerintah tetapi program dari setiap keluarga masyarakat Indonesia.
Masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih metode kontrasepsi yang diinginkan. Dari hasil wawancara terhadap 40 ibu-ibu di desa “X”, 10 orang di antara mereka memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan 30 orang lainnya memilih untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi ini. Responden memiliki alasan yang beragam mengenai keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.
3.1 Faktor Pendorong Menggunakan Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
Masyarakat pengguna metode kontrasepsi sederhana tanpa alat memiliki alasan yang berbeda-beda mengenai hal yang mendorong mereka lebih memilih kontrasepsi tersebut. Adapun factor pendorong masyarakat memilih metode ini dengan alasan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk alat kontrasepsi. Mereka bisa memanfaatkan keuangan untuk keperluan rumah tangga yang lain sehingga dapat menghemat pengeluaran. Serta dapat melibatkan suami dalam penggunaan kontrasepsi ini seperti pada senggama terputus dimana suami yang memegang peranan penting, sehingga tidak istri saja yang harus menggunakan kontrasepsi.
Mereka juga beranggapan, dengan tidak menggunakan alat dapat terhindar dari efek merugikan bahan kimia yang terkandung di dalam alat kontrasepsi. Hal ini juga dapat menghindarkan diri dari kemungkinan alergi yang ditimbulkan oleh karena pemakaian alat kontrasepsi. Selain itu, alat kontrasepsi menurut mereka dapat menyebabkan sakit dalam pamakaiannya, seperti penggunaan KB suntik 3 bulan dimana akseptor akan mengalami sakit akibat tusukan jarum setiap 3 bulannya. Siklus menstruasi dapat menjadi tidak teratur serta berat badan akan naik pada umumnya, sehingga akan mengurangi daya tarik bagi suami mereka karena kenaikan berat badan yang bertahap. Oleh sebab itu, mereka lebih memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.
Berdasarkan kajian teori pada BAB II, telah dijelaskan bahwa untuk menggunakan keluarga berencana alamiah secara efektif, pasangan perlu memodifikasi prilaku seksual mereka. Pasangan harus mengamati tanda-tanda fertilitas wanita secara harian dan mencatatnya. Mengenal masa subur dan tidak melakukan aktifitas seksual pada masa subur jika tidak menginginkan kehamilan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat tidak mempengaruhi siklus menstruasi wanita.
Alasan responden yang beragam tersebut sesuai dengan kajian teori mengenai metode kontrasepsi sederhana tanpa alat. Dengan menggunakan metode ini, tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh karena tidak memasukkan benda asing maupun bahan kimia lain. Dalam penggunaannya pun tidak tergantung dengan tenaga medis, sehingga dapat lebih ekonomis.
3.2 Faktor Pendorong tidak Menggunakan Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
Sebagian besar responden di desa “X” tidak menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat. Dari 40 responden, 30 orang memilih untuk tidak menggunakan metode KB tanpa alat. Mereka memiliki alasan yang beragam. Pada umumnya, mereka beralasan bahwa metode tersebut “ribet” karena perlu waktu dan latihan untuk dapat mengetahui secara tepat masa suburnya. Selain itu, penentuan masa subur ini tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan pengamatan 1 siklus mentruasi saja, setidaknya perlu pengamatan selama 6 bulan untuk lebih amannya, sehingga dapat terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan. Selain itu bagi mereka yang mempunyai siklus haid yang tidak teratur akan sulit untuk menentukan sendiri kapan atau tidak berada pada masa subur. Keefektivan tergantung dari kemauan, pemahaman dan disiplin pasangan maupun akseptor sendiri. Oleh karena itu, mereka lebih memilih menggunakan KB dengan alat yang lebih efektif dan efisien. Dengan pemakaian yang berkala sehingga mereka tidak perlu ribet lagi untuk memikirkan cara berhubungan seksual setiap harinya untuk mencegah kehamilan atau mengatur jarak kehamilannya.
Dan ada juga kerugiannya karena metode kontrasepsi sederhana tanpa alat memerlukan waktu pantang berkala yang relative lama, sehingga dapat mengurangi keharmonisan rumah tangga. Suami yang tidak dapat menahan keinginannya untuk melakukan hubungan suami istri, dapat melampiaskan keinginannya tersebut di luar rumah.
Bagi pasangan yang salah satunya terinfeksi penyakit menular seksual (PMS), metode kontrasepsi sederhana tanpa alat ini dihindari. Pasalnya, metode ini tidak melindungi pihak yang tidak terinfeksi, seperti pada penggunaan kondom.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembahasan di depan, dapat disimpulkan faktor pendorong masyarakat memilih metode kontrasepsi sederhana tanpa alat adalah metode ini tidak memerlukan biaya sehingga dapat menghemat pengeluaran, terhindar dari efek merugikan bahan kimia yang terkandung di dalam alat kontrasepsi, menghindari kemungkinan alergi yang ditimbulkan oleh karena pemakaian alat kontrasepsi, tidak merubah siklus menstruasi pada wanita, tidak bertambahnya berat badan bagi penggguna, tidak mempengaruhi kesuburan dalam jangka panjang, dan tidak menyakitkan. Adapun faktor pendorong tidak menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat antara lain memerlukan waktu dan latihan, penentuan masa subur ini tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan pengamatan 1 siklus menstruasi saja, waktu pantang berkala terlalu lama, KB dengan alat lebih efektif dan efisien, dapat melindungi terhadap infeksi penyakit menular seksual (PMS), serta keefektivan tergantung dari kemauan, pemahaman dan disiplin pasangan maupun akseptor sendiri.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan masalah di atas adalah setiap pasangan usia subur yang masih produktif dapat menggunakan metode kontrasepsi jenis apapun semasih mereka bisa mengatur sendiri jarak kehamilannya serta dapat menggunakan dan memanfaatkan dengan efektif. Sehingga program Keluarga Berencana tidak hanya menjadi program pemerintah saja tetapi menjadi program setiap keluarga di dunia khususnya di Indonesia sehingga akan terbentuk manusia Indonesia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Hartanto, Hanafi.2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Simamora, Sr A. tt . Keluarga Berencana Alamiah dan Pengentasan Kemiskinan. http://www.keluarga-katolik.net/index.php?option=com_content&view=article&id=89: keluarga-berencana-alamiah-dan-pengentasan-kemiskinan&catid=42:relasi&Itemid=168. 12 Maret 2010
Xixi. 15 Mei 2009. Indonesia One Child Policy. http://umum.kompasiana.com/2009/05/15/ indonesia-one-child-policy/. 12 Maret 2010.
salam kenal bu bidan.....
BalasHapusdari blogger seberang (^_^)