Rabu, 20 April 2011


PEMBAHASAN
2.1 Gizi Seimbang pada Bayi
Bagi bayi yang baru lahir gizi seimbang sangatlah penting karena asupan gizi pada makanan yangdiperoleh pada saat masih dalam kandungan sangatlah berbeda. Semenjak dalam kandungan bayi memperoleh asupan makanan dari plasenta yang menempel dirahim ibu. Pada bayi baru lahir makanan diperoleh dari ASI. ASI sangat penting bagi bayi karena kandungan gizi yang terkandung dalam ASI sangat lengkap bagi bayi di dalam ASI juga terdapat anti body atau system immun yang sangat berguna bagi masa pertumbuhan pertama bayi. Jadi, bayi dapat memperoleh gizi yang sempurna dan daya tahan tubuh yang sangat penting bagi tumbuh kembang bayi.
Seorang bayi minimal harus memperoleh asupan ASI ekslusif (hanya memberi ASI saja tanpa makanan pendamping) dari ibunya semanjak satu jam setelah lahir hingga minimal bayi berusia 4 bulan. Tapi juga harus disarankan memberi ASI pada bayi sampai berusia 2 tahun.
Bayi juga perlu di imunisasi, agar dapat mampu membentuk anti body sendiri sehingga kelak nanti tidak mudah sakit.
Adapun jadwal imunisasi pada bayi pada usia 0-12 bulan.
Imunisasi
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Dosis IV

BCG
0-12 bln
-
-
-
Hepatitis B
0-2 bln
1-4 bln
6-18 bln
-
Campak
6-9 bln
-
-
-
Polio
Saatlahir
2-4 bln
3-5 bln
4-6 bln
DPT
2-4 bln
3-5 bln
4-6 bln
-
HIB
2-3 bln
3-4 bln
4-6 bln
-
MMR-campakgendong,rubela
12-18 bln
-
-
-
Selain imunisasi bayi juga perlu diukur timbangan berat badan bayi agar dapat diketahui perkembangan berat badannya. Adapun hal-hal yang perlu diketahui dalam menimbang berat badan bayi adalah :
·         Pakaian bayi dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan.
·         Kantong celana timbang tidak dapat digunakan.
·         Bayi ditidurkan dalam kain sarung.
·         Geserlah alat timbang sampai tercapai keadaan setimbang, kedua ujung terdapat pada satu titik.
·         Lihatlah angka pada skala batang dacing yang menunjukan berat badan bayi. Catat berat badan bayi dengan teliti satu angka decimal, misalnya 7,5 kg.
Jika dihitung dari saat kelahiran, bayi akan bertambah dua kali lipat pada bulan ke IV: dari 3,2 kg menjadi 6,4 kg. setelah itu, pertumbuhan akan sedikit melambat. Berat badan bayi akan bertambah sebanyak 2,3 kg setahun. Keterlambatan ini berlangsung sampai usia remaja. Setelah itu, BB akan bertambah secara mencengangkan.
Meskipun tidak sedramatis berat, tinggi badannya juga bertambah: dari hanya 50 cm ketika lahir menjadi 75 cm (bertambah 25 cm) setelah berusia 1 tahun. Di tahun ke II kehidupan, tinggi hanya bertambah 12-13 cm, seterusnya semakin lambat hingga mencapai usia remaja. Pada saat itu, tinggi badan akan bertambah sebanyak 16-20 cm selama 2-21/2 tahun.
Perubahan organ tubuh selama tahun pertama mempengaruhi kesiapan bayi untuk menerima makanan padat. Pada mulanya, bayi hanya dapat mengisap, yang dapat diartikan sebagai kemampuan mengisap payudara untuk memperoleh air susu. Pada bulan kedua, ia mampu “memainkan lidah” sehingga makanan setengah padat mulai dapat ditelan. Namun demikian, kepandaian mengunyah baru diperoleh pada usia dua tahun.
Di awal kehidupannya, lambung dan usus bayi sesungguhnya belum sepenuhnya matang. Bayi dapat mencerna gula dan susu (laktosa), tetapi belum mampu menghasilkan amylase dalam jumlah yang cukup. Ini berarti, bahwa bayi tidak dapat mencerna tepung sampai paling tidak usia 3 bulan.
a)      ASI atau Susu Formula?
Dibanding dengan orang dewasa, kebutuhan bayi akann zat gizi boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi ternyata melampaui kebutuhan orang dewasa, hampir dua kali lipat.
Makanan pertama dan utama bayi tentu saja air susu ibu. Pilihan ini tidak perlu diperdebatkan lagi. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal: karbohidrat dalam ASI berupa laktosa; lemakny banyak mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda); protein utamanya lactalbumin yang mudah dicerna; kandungan vitamin dan mineral banyak; rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang memerlukan kondisi yang ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu, ASI juga mengandung zat anti infeksi.
Kolostrum ialah ASI yang keluar pertama kali, berwarna jernih kekuningan, dan kaya akan zat antibody seperti:
·         Factor bifidus
·         SIgA, IgM, IgG
·         Factor antistafilokokus
·         Laktoferin
·         Laktoperoksidase
·         Komplemen: C3, C4
·         Interferon
·         Lisozim
·         Protein pengikat B12
·         Limfosit
·         Makrofag
·         Factor lipid, asam lemak,dan monoglesirida.
Jumlah kolostrum yang tersekresi bervariasi antara 10-100 cc (rata-rata 30 cc) sehari. Sekresi ASI meningkat secara bertahap dan mencapai komposisi matang pada 30-40 jam seusai melahirkan.
Factor bifidus adalah factor spesifik pemacu pertumbuhan Lactobasillus Bifidus, bakteri yang dianggap dapat mengganggu kolonisasi bakteri pathogen di dalam saluran cerna. Secretory immunoglobulin A (SIgA) dianggap berkemampuan mengikat protein asing bermolekul besar, seperti virus, bakteri, dan zat toksik. Pengikatan ini bertujuan untuk penyerapan sehingga tidak membahayakan bayi. Laktoferin merupakan protein pengikat zat besi agar tidak dapat digunakan oleh bakteri untuk bertumbuh-kembang. Lisozim ialah enzim yang bekrja menghancurkan bakteri dengan jalan merobek dinding sel, yang secara tidak langsung meningkatkan keefktifan antibody. Leukosit sebagian berfungsi mencegah enterokolitis nekrotikan, penyakit mematikan yang lazim menjangkiti bayi berberat badan lahir rendah.
Makrofag, selain menyekresi SIgA dan interferon, juga berfungsi untuk memangsa organisme lain. Komplemen, laktoperoksidase, dan factor antistreptokokus merupakan factor pertahanan yang membantu menurunkan insidensi infeksi.
Ketersediaan zat ini menyebabkan bahwa masalah yan mungkin timbul pada bayi yang mengisap kolostrum tidak akan separah pada bayi yang teraspirasi pada susu formula. Tetapi, di lingkungan budaya tertentu, pemberian kolostrum justru ditabukkan. Kisah ini terbaca dalam hasil survey kesehatan Indonesia tahun 1992: Wanita Indonesia yang memberikan kolostrum baru menyentuh angka 51%. Pemberian cairan jernih kental kekuningan ini meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan ibu, di Jawa dan Bali ini terpaku pada angka 50%, sementara di daerah lain bervariasi antara 52-55%. Di Pulau Jawa sendiri, Jawa Timur 40%, Jawa tengah 49%, dan Jakarta 68% (wanita berpendidikan tinggi memang lebih banyak bermukim di Jakarta).
Secretory IgA yang terkandung dalam kolostrum berkemampua mengikat allergen potensial, sekaligus mencegah penyerapannya. Itulah sebabnya mengapa bayi peminum ASI jarang mengalami alergi. Pemberian susu formula dapat berarti memaparkan bayi pada allergen dalam jumlah besar, sementara SIgA tidak tersedia. Pemaparan allergen secara dini cenderung meningkatkan terjadinya reaksi alergi. Terutama pada keluarga yang mempunyai riwayat alergi, sebaliknya pemberian ASI secara eksklusif selama beberapa minggu setelah lahir akan menurunkan resiko menderita eksim atopic ditahun pertama kehidupan; di sampan tentu saja menjalin keakraban.
b)      Kekurangan Susu Botol
Jika penyiapan tidak memenuhi syarat kebersihan (misalnya peralatan yang digunakan tidak bersih dan air pencampur tidak dimasak dengan sempurna) memberikan susu formula melalui botol hampir identik dengan menananm bibit penyakit ke dalam tubuh bayi (sumber infeksi). Pada kenyataannya, terutama di Indonesia, fasilitas sanitasi yang layak dan pasokan air bersih baru dinikmati oleh separuh populasi. Selain itu, sisa susu yang tidak disiman di dalam lemari pendingin mestinya tidak digunakan lagi (jika disimpan di lemari pendingin masih dapat digunakan paling lama 4 jam). Masih menurut penelitian Muhammad Enoch dan Djumadias Abunaim di Jakarta (1988), angka kejadian diare pada bayi yang diberi ASI hanya 6% (dari 845 bayi), diberi ASI, dan susu botol 14%, dan jika diberi susu botol saja angka kejadian diare meningkat sampai 18%. Susu buatan boleh jadi berperan sebagai wahan pembiakan bakteri pathogen enteric atau produksi enterotoksin.
Sejauh ini belum ada pembuktian bermakna tentang hubungan antara jumlah energy yang menempel pada botol susu dan pendidikan serta jumlah anak. Derajat pencemaran botol susu pada bayi yang ibunya menjalani masa pendidikan kurang dari 15 tahun, pada kenyataanya lebih tinggi ketimbang mereka yang mengenyam bangku sekolah lebih dari 15 tahun. Sementara botol susu bayi yang telah berusia di atas 6 bulan terbukti tercemar lebih hebat jika dibandingkan dengan botol susu sebaya mereka yang berumur kurang dari 6 bulan.
Tingkat pendidikan tertentu (paling sedikit dapat dan mau membaca etiket pada kaleng susu) diperlukan untuk mencampur susu formula dalam takaran yang tepat. Jika tidak, campuran akan terlalu kental (dapat menimbulkan diare hipertonik) atau terlalu encer (kurrang mengandung zat gizi yang diperlukan. Diare hipertonik dapat menyebabkan dehidrasi hipertonik, yang selanjutnya menimbulkan tetanus neonatal. Keadaan ini terutama berlangsung pada hari ke 3 dan 14 karena kalsium (juga Mg) di dalam plasma bayi rendah.
Bayi yang diberi minum ASI harus bekerja keras mengisap putting susu, sedangkan bayi peminum susu botol pasif saja: menanti tetesan susu dari botol. Dampaknya: karena harus bekerja, bayi yang minum ASI akan segera berhenti mengisap jika dia telah merasa kenyang. Sebaliknya: bayi peminum susu botol tidak akan berhenti meneguk susu kecuali botolnya telah kosong: hal yang cepat mengarah ke obesitas.
c)      Energy
Kebutuhan energy bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energy selama 2 bulan pertama, yaitu pada masa pertumbuhan cepat, adalah 120 kkal/kg BB/hari.
Secara umum, selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi memerlukan energy sebesar kira-kira 115-120 kkal/kg/hari, yang kemudian berkurang sampai sekitar 105-110 kkal/kg/hari pada 6 bulan sesudahnya.
Energy dipasok terutama oleh karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat digunakan sebagai sumber enrgi, terutama jika sumber lain sangat terbatas. Kebutuhan akan energy dapat ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan tubuh atau menghitung secara langsung konsumsi energy itu: yang hilang dan terpakai. Namun cara yang terbaik adalah dengan mengamati pola pertumbuhan yang meliputi berat dan tinggi badan, lingkar kepala, kesehatan dan kepuasan bayi.
Asupan energy dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energy yang dikeluarkan. Jumlah keluaran energy dapat ditentukan secara sangat seerhan berdasarkan berat badan. Bayi seberat 0-10 kg memerlukan 100 kkal/kg BB. Mereka yang beratnya 11-20 kg membutuhkan 1000 kkal ditambah dengan 50 kkal/kg di atas 10 kg untuk kelebihan berat di atas 10 kg, misalnya untuk 1 kg pada 11 kg.
d)      Cairan 
Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asuan kalori, suhu lingkungan, kegiatan fisik, kecepatan pertumbuhan dan jenis air seni. Air menyusun kira-kira 70% berat badan pada saat lahir yang kemudian menurun sampai 60% menjelang bayi berusia 12 bulan. Jumlah air yang dibutuhkan oleh bayi (dan anak) lebih besar 50% dibanding kebutuhan orang dewasa. Rasio cairan: kalori adalah 1,5 cc/1 kkal (rasio orang dewasa=1 cc/kkal).
Bayi yang sehat akan merasa kenyang dengan pasokan ASI sebanyak 150 -200 cc/kg BB/hari (setara dengan 100-130 kkal/kg/hari) selama 6 bulan kehidupan. Jika bay mampu secara teratur meminum ASI sejumlah seperti yang ditulis di atas, ia tidak membutuhkan tambahan air dari sejak lahir sampai akhir tahun pertama, kecuali jika ia diberi tambahan makanan padat.
e)      Lemak
ASI memasok sekitar 40-50% energy sebagai lemak (3-4 gr/100 cc). lemak minimal harus menyediakan 30% energy, yang dibutuhkan bukan saja untuk mencukupi kebutuhan energy, tetapi juga memudahkan penyerapan asam lemak esensial, vitamin yang terlarut dalam lemak, kalsium, serta mineral lain, dan juga untuk menyeimbangkan diet agar zat gizi lain tidak terpakai sebagai sumber energy. Setidaknya 10% asam lemak sebaiknya dalam bentuk tak jenuh ganda, yang biasanya dalam bentuk asam linoleat. Asam linoleat juga merupakan asam lemak esensial. Asam ini terkandung di dalam sebagian besar minyak tetumbuhan. Sehinga jumlah kebutuhan yang tepat belum diketahui dengan pasti. Dari ASI, bayi menyerap sekitar 85-90% lemak. Enzim lipase di dalam mulut mencerna zat lemak sebesar 50-70%.
f)        Karbohidrat 
Kebutuhan akan karbohidrat bergantung pada besarnya kebutuhan akan kalori. Belum ada anjuran berapa jumlah kalori yang harus dikonsumsi dalam 1 hari. Namun, sebaiknya 60-70% energy dipasok oleh karbohidrat. Jenis karbohidrat yang sebaiknya diberikan adalah laktosa, bukan sukrosa arena laktosa bermanfaat untuk saluran pencernaan bayi. Manfaat ini berupa pembentukan flora yang bersifat asam dalam usus besar sehingga penyerapan kalsium meningkat dan penyerapan fenol dapat dikurangi. Pada ASI dan sebagian besar susu formula, laktosa memang menjadi sumber karbohidrat utama. Sumber kalori pasokan karbohidrat diperkirakan sebesar 40-50% yang sebagian besar dalam bentuk laktosa.
g)      Protein
Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan kebutuhan untuk bertumbu- kembang dan jumlah nitrogen yang hilang lewat air seni, tinja dan kulit. Mutu protein bergantung pada untuk kemudahannya untuk dicerna dan diserap serta komposisi asam amino di dalamnya. Jika asupan asma amino kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala akan terpengaruh.
Asuapan protein yang berlebihan, terutama pada bayi yang kecil, akan menyebabkan kelebihan asam amino yang harus dimetabolisasi dan dieliminasi sehingga menimbulkan stress berat pada hati dan ginjal tempat deaminasi berlangsung.
Dalam menghitung kebutuhan protein berdasarkan air susu ibu, perlu dipikirkan factor lain di samping “kemudahancernaannya”. Di dalam ASI yang mengandung nitrogen, banyak komponen berisi factor yang berperan sebagai sesuatu yang tidak berkaitan dengan fungsi protein itu sendiri. Laktoferin, misalnya, berfungsi sebagai antibakteri. System kekebalan dalam ASI ini akan menghalangi munculnya reaksi akibat keterpajanan antigen pada ibu bayi. Jika antigen berhasil mencapai saluran usus, pembentukan IgA spesifik akan terpacu. Limfoblas atau limfosit akan pindah ke dalam sirkulasi dan kelenjar susu untuk masuk ke dalam air susu dan saluran cerna bayi. Immunoglobulin yang terbanyak di dalam ASI (yaitu SIgA) menjamin keamanan terhadap lapisan lender. Limfosit, neutrofil, makrofag, dan lisoim dalam ASI akan menjaga bayi dari infeksi, termasuk pengamanan terhadap payudara ibu. Akrofag, agaknya, menyintesis laktoferi dan komponen komplemen protein laindan prostaglandin E2. Factor bifidus ASI menekan multiplikasi E. coli.
Untuk mengetahui ASI telah memuaskan bayi, di samping dia terlelap (2-3 jam di antara dua waktu makan) sehabis menyusu, atau setidaknya tidak memperpanjang tangis, ialah dengan memantau pertukaran popok sebanyak 6-8 kali selama 24 jam. Berat badan juga bertambah. Jika berat badan tidak bertambah selama 3 minggu pertama kehidupan atau berat terus berkurang setelah 10 hari kehidupan, berarti asupan zat gizi dari ASI kurang.
Bayi peminum ASI akan tumbuh dengan baik jika ia dapat mengkonsumsi ASI sebanyak 150-200 cc/kg BB/hari, yang menyeratkan kebutuhan 1,3-1,8 gr protein, peptide dan asam amino, serta 0,3-0,4 gr nitrogen dan bukan asam amino per kg berat badan per hari.
Nilai biologiprotein ASI lebih tinggi ketimbang protein lain. Kebanyakan susu formula dirancang untuk memenuhi kebutuhan sebesar 2,3 gr/100 kkal (bandingkan dengan 1,6/100 kkal). Takaran yang dianjurkan adalah sebesar 1,8/100 kkal dengan PER setara dengan casein (takaran minimum).
Koefisien pemakaian protein ASI dianggap 100%. Berdasarkan koefisien tersebut, kebutuhan akan protein kemudian dihitung menjadi sebesar:
·         1,6 gr/100 kkal untuk bayi dari usia 0-4 bulan
·         1,4 gr/100 kkal untuk bayi usia 4-12 bulan
·         1,2 gr/100 kkal untuk bayi dari 12-36 bulan.
Jika bahan pangan yang digunakan tidak bernilai biologi tinggi (misalnya susu formula), besarnya protein yang harus diberikan adalah:
·         1,9 gr/100 kkal pada usia 0-4 bulan
·         1,7 gr/100 kkal pada usia 4-12 bulan
·         1,4 gr/100 kkal pada usia 12-36 bulan.
Jika dihitung berdasarkan berat badan, besarnya kebutuhan protein adalah:
·         2,2 gr/kg/hari pada usia <6 bulan
·         2 gr/kg/hari pada usia 6-12 bulan
·         1-1,5 gr/kg/hari pada usia di atas 1 tahun.
Asupan protein yang berlebihan dapat menyebabkani intoksikasi pada protein, yang menampilkan gejala seperti letargi, hiperammonemia, dehidrasi, dan diare.
Kebutuhan optimal bayi premature akan protein belum dapat ditetapkan dengan pasti, karena kecepatan tumbuh mereka secara optimal juga belum dimengerti. Kecepatan tumbuh yang setara dengan laju pertumbuhan yang diharapkan selama trimester III kehamilan akan tercapai manakala bayi mampu memakan protein yang sama banyaknya dengan jumlah yang disantap oleh bayi cukup bulan. Namun demikian, banyak dokter anak menganjurkan takaran 20% di atas kebutuhan bayi cukup bulan.
h)      Vitamin dan Mineral
ASI yang sehat dan cukup makan dianggap cukup mengandung elemen kelumit kecuali vitamin D dan di beberapa daerah tertentu, flour. Sebelum diputuskan untuk memberikan suplementasi perlu dipertimbangkan keadaan seperti:
·         Status gizi bayi serta ibunya
·         Perkirakan asupan makanan ibunya
·         Makanan padat apa yang akan diberikan pada bayi pada saat penyapihan
·         Komposisi zat gizi dalam makanan tersebut.
i)        Pola Suplementasi Secara Umum
Jika bayi telah diberikan ASI dalam jumlah yang adekuat, dan ibu memiliki status gizi yang baik, suplementasi tidak perlu diberikan, kecuali pada daerah-daerah tertentu, yang memerlukan tambahan flour dan vitamin D. flour yang ditambahkan 0,25 cc/hari. Vitamin D dianjurkan 400 IU (10 µg/hari), terutama bagi mereka yang jarang bersentuhan dengan matahari. Sementara itu, pemberian dua suplemen lain, yaitu besi dan vitamin K.
j)        Zat Besi
Sebagian klnis menganjurkn agar bayi baru lahir diberi 7 mg Fe sulfat (keterserapan 10%). Sebagian lagi tidak setuju, kecuali jika bayi telah berusia 4-6 bulan, karena tambahan ini akan menjenuhkan protein bakteriostatik dalam ASI, yaitu laktoferin, yang pada gilirannya dapat menurunkan keefektifan laktoferin. Gejala yang tidak diinginkan akibat Fe ialah sembelit, muntah, diare, pewarnaan gigi, serta difisiensi Zn (karena penyerapannya diganggu oleh Fe).
k)      Vitamin K
Untuk mencegah pendarahan dianjurkan pemberian vitamin K secara parenteral. Sebab produksi vitamin K oleh mukosa usus belum berlangsung karena selama beberapa hari sesudah lahir, saluran usus bayi masih steril.
l)        Gizi Bayi Sapihan 
Menyapih, secara harfiah berarti membiasakan. Maksudnya, bayi secara berangsur-angsur dibiasakan menyantap makanan orang dewasa. Selama masa penyapihan, makanan bayi berubah dari ASI saja ke makanan yang lazim dihidangkan oleh keluarga, sementara ASI diberikan sebagai makanan tambahan.
Permulaan masa menyapih merupakan awal dari suatu perubahan besar baik bagi bayi maupun ibunya. Keakraban yang telah terjalin lama, sejak bayi di dalam kandungan, perlahan-lahan mulai dilonggarkan. Proses ini harus diupayakan agar tidak terjadi secara mendadak.
Di beberapa tempat (budaya), pemberian air susu segera dihentikan manakal ibu hamil, atau merasa telah hamil lagi. Perpisahan ini akan terasa semakin serius jika bayi dititipkan pada nenek atau keluarga lain.dampak psikologis serta pengaruh gizi akibat perlakuan akan sangat berbahaya.
Insidensi penyakit infeksi, terutama diare, lebih tinggi pada saat ini ketimbang periode lain kehidupan. Hal ini karena makanan berubah, dari ASI yang bersih dan mengandung zat-zat anti-infeksi (antara lain: IgA, laktoferin, WBC) ke makanan yang disiapkan, disimpan, dan dimakan tanpa mengindahkan syarat kebersihan (kesehatan).
Malnutrisi lebih sering terjadi pada masa ini ketimbang periode 4-6 bulan pertama kehidupan serta tidak sedikit keluarga yang tidak mengerti kebutuhan khusus bayi, tidak tahu bagaimana cara membuat makanan sapihan dari bahan-bahan yang tersedia disekitar mereka atau tidak (belum) mampu menyediakan makanan yang bergizi baik. Di berbagai tempat, kini kebiasaan makan anak yang tradisional yang secara nalar dianggap memuaskan tidak dapat lagi dilanjutkan karena urbanisasi, tatanan baru keluarga, dan perubahan pola kerja wanita.
Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun (kasus ekstrem 4 tahun). Sebaliknya, pada masyarakat urban, bayi disapih terlalu dini, yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi makanan tambahan.
m)    Prinsip Gizi pada Bayi
Walaupun ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, dengan bertambahnya umur pada suatu saat bayi sedang bertumbuh dengan cepat memerlukan sehari-hari energy dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah yang didapati dari ASI saja. Bayi harus mendapat makanan tambahan di samping ASI jika kebutuhannya sudah melampaui jumlah yang didapati dari ASI. Anyaknya ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu tergantung dari beberapa factor, seperti status gizi ibu, makanan tmbahan yang diberikan kepada ibu waktu hamil dan sedang menyusui, stress mental dan sebagainya. Pada umumnya setelah berumur 4 sampai 6 bulan bayi memerlukan makanan tambahan. Dianjurkan untuk memberi 100-110 kkal energy tiap kilogram berat badan tiap harinya. Oleh karena susu bayi mengandung kurang lebih 67 kkal tiap 1 cc, 100 cc, maka pada bayi dapat diberikan 150-160 cc susu tiap kilogram berat badannya. Tetapi, tiap semua bayi memerlukan jumlah energy tersebut, ada yang membutuhkan lebih banyak dan ada yang memerlukan lebih sedikit.
Makanan tambahan harus berupa bubur (makanan lunak/padat) yang mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat-zat gizi dalam keseimbangan yang baik. Bubur tersebut telah terdiri dari tepung, serealia, seperti beras, maizena, terigu, dan sebagainya, ditambah susu dan gula dan disebut “bubur susu”. Banyak bubur susu dengan rasa yang bermacam-macam yang beredar di Indonesia, sebagian besar sudah dalam keadaan “pre-cooked”, bahkan ada yang ditambah dengan berbagai macam buah. Bubur susu demukian diperdagangkan dalam keadaan kering dan “pre-cooked”, maka tidak perlu dimasak lagi bisa diberikan pad bayi setelah ditambah air matang seperlunya. Seperti halnya dengan formula bayi, komposisi zat gizi bubur susu harus memenuhi standar yang ditentukan oleh badan internasional. Hal demikian dilakukan untuk melindungi kesehatan bayi.
FAO/WHO menghendaki, seperti tercantum dalam Codex Alimentarius (1982), bahwa setelah ditambah dengan air matang seperlunya bubur tersebut sudah merupakan makanan bayi yang lengkap. Kandungan protein makanan tersebut tidak boleh kurang dari 15%, dengan kualitas proteinyang tidak kurang dari 70% kualitas kasein. Makanan bayi lengkap lainnya berupa nasi tim, yakni bubur beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran seperti wortel dan bayam. Bagi bayi sebelum berumur 10 bulan nasi tim tersebut harus disaring/diblender terlebih dahulu sebelum diberikan pada bayi.
n)      Tekhnik Pemberian ASI Pertama
Tekhnik pemberian ASI pertama, yaitu:
·         Ibu dengan tenang memilih posisi yang tepat sedemikian rupa sehingga payudara berposisi bebas ke depan, tangan mengarahkan putting ke mulut bayi.
·         ASI biasanya mulai keluar pada hari kedua/ketiga pascapartum.
·         Bayi digendong dengan posisi sedemikian sehingga pipi menyentuh payudara. Biasanya setelah bayi diteteki ke arah ibu, akan timbul reflex rooting (mencari). Selain menghadap ke puting susu juga proses dipermudah karena bayi mencium bau kolostrum.
·         Posisi bayi diusahakan agar puting dan areola masuk dalam rongga mulut serta di atas lidah.
·         Bila isapan bayi bagus, tidak akan terdengar bunyi celikan hidung, yang menandakan isapan lepas dari putting.
·         Ibu merasakan ritme pola isapan menelan dan bernapas.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar